Kisah ini dituturkan Dr Karim Asy Syadzili dalam buku Hadiah Pernikahan ; Bulir-Bulir Cinta untuk Suami Istri Demi Terwujudnya Pernikahan yang Barokah. Seseorang suami mengeluh masalah berat yang menempa rumah tangganya. Cintanya hilang. Ia tidak lagi mencintai istrinya.
***
“Aku sudah tidak lagi menyukai istriku, seolah-olah cintaku ditimpa penyakit kanker yang ganas. Menggerogoti hingga tidak berbekas, ” Dokter jiwa itu memperhatikanku dengan serius, tetapi raut wajahnya tetap tenang. Aku perlu bercerita selengkap mungkin supaya mendapatkan solusi yang tepat.
“Sebenarnya obatnya sangat sederhana”
“Sangat sederhana? ” Rasa penasaran membuatku tidak sabar, “obat apakah itu, Dok? ”
“Cintailah istrimu” Apa? Tak salahkah aku mendengarnya?
“Aku datang untuk mengadukan bahwa cintaku kepada istri sudah hilang. Lalu engkau menyuruhku mencintainya? Lalu apa fungsinya aku datang kepadamu? ” agak tinggi nadaku menyikapi kalimat dokter dihadapanku itu.
“Kalau begitu… cintailah istrimu”
Karena psikiater itu mengulangi lagi saran yang sama, seiring membaik kesabaranku, aku ajukan pertanyaan apa maksudnya.
“Wahai dokter, apa yang sesungguhnya engkau maksudkan? Bagaimana caranya saya dapat kembali mencintai istriku? ”
“Pak, apakah sebelumnya engkau pernah mencintai istrimu? ” tanyannya sembari tersenyum.
“Tentu saja. Dulu saya sangatlah mencintainya. ”
“Apa yang kau kerjakan waktu itu agar cintamu abadi? ”
“Aku biasa memberinya hadiah, mengajaknya makan malam ke rumah makan, mengajaknya jalan-jalan ke pantai…” Banyak hal yang memang kulakukan di awal-awal pernikahan, saat cintaku menggebu-gebu serta segalanya indah di mata. Seolah dunia milik kami berdua.
“Nah, aku mau kau lakukan hal yang sama seperti itu selama sebulan ini secara terus menerus”
Meskipun awalnya sangsi dengan istilah “cintailah istrimu”, penjelasan dokter serta sarannya itu menurutku masuk akal juga. Tak ada kelirunya mencoba.
Sebulan kemudian, kami kembali bertemu. Dokter jiwa itu menyambutku sangat hangat. Nampaknya ia bisa melihat perbedaan yang sangat berarti dari wajah dan bahasa tubuhku.
“Jadi, bagaimana hasilnya? ” pertanyaannya langsung to the point.
“Terima kasih, Dok. Ternyata saranmu benar-benar manjur. Hubungan rumah tanggaku berangsur-angsur membaik. Binar-binar cinta terlihat di mata istriku. Dan anehnya, cintaku juga kembali seperti dahulu. Dia mencintaiku serta aku juga mencintainya. ”
“Cinta itu perlu pembiasaan, ” kata dokter itu mengemukakan kesimpulan, “Tidak seperti film-film romantis yang cuma perlu janji-janji serta kata-kata manis. ”
***
Mungkin saja Anda saat ini juga mengalami apa yang dihadapi oleh laki-laki diatas. Tidak lagi mencintai istri, atau kadar cintanya berkurang. Tidak perlu buru-buru ke psikiater, cobalah bangun kembali cinta itu. Karena cinta adalah kata kerja. Ia akan ada bila kita mengupayakannya, insya Allah.
“Salinglah memberi hadiah, niscaya kalian akan sama-sama mencintai” (HR. Bukhari dalam Al Adabul Mufrad)
Begitu saran Rasulullah itu menunjukkan salah satu langkah membangun cinta, termasuk juga cinta kepada suami istri. Dalam hadits yang lain, dijelaskan cara membangun cinta adalah dengan salam.
Setiap perhatian kita kepada istri, ucapan indah kita kepadanya, kebaikan dan hadiah yang kita berikan, pengorbanan yang kita lakukan… semuanya akan menumbuhkan cinta. Saat cinta istri tampak seperti dulu, insya Allah cinta kita juga kembali seperti dulu. Dan jangan lupa berdoa. Perbanyak doa karena Allah-lah Sang Pemilik cinta dan penggenggam hati hambaNya.
***
Sumber : Webmuslimah.com
***
“Aku sudah tidak lagi menyukai istriku, seolah-olah cintaku ditimpa penyakit kanker yang ganas. Menggerogoti hingga tidak berbekas, ” Dokter jiwa itu memperhatikanku dengan serius, tetapi raut wajahnya tetap tenang. Aku perlu bercerita selengkap mungkin supaya mendapatkan solusi yang tepat.
“Sebenarnya obatnya sangat sederhana”
“Sangat sederhana? ” Rasa penasaran membuatku tidak sabar, “obat apakah itu, Dok? ”
“Cintailah istrimu” Apa? Tak salahkah aku mendengarnya?
“Aku datang untuk mengadukan bahwa cintaku kepada istri sudah hilang. Lalu engkau menyuruhku mencintainya? Lalu apa fungsinya aku datang kepadamu? ” agak tinggi nadaku menyikapi kalimat dokter dihadapanku itu.
“Kalau begitu… cintailah istrimu”
Karena psikiater itu mengulangi lagi saran yang sama, seiring membaik kesabaranku, aku ajukan pertanyaan apa maksudnya.
“Wahai dokter, apa yang sesungguhnya engkau maksudkan? Bagaimana caranya saya dapat kembali mencintai istriku? ”
“Pak, apakah sebelumnya engkau pernah mencintai istrimu? ” tanyannya sembari tersenyum.
“Tentu saja. Dulu saya sangatlah mencintainya. ”
“Apa yang kau kerjakan waktu itu agar cintamu abadi? ”
“Aku biasa memberinya hadiah, mengajaknya makan malam ke rumah makan, mengajaknya jalan-jalan ke pantai…” Banyak hal yang memang kulakukan di awal-awal pernikahan, saat cintaku menggebu-gebu serta segalanya indah di mata. Seolah dunia milik kami berdua.
“Nah, aku mau kau lakukan hal yang sama seperti itu selama sebulan ini secara terus menerus”
Meskipun awalnya sangsi dengan istilah “cintailah istrimu”, penjelasan dokter serta sarannya itu menurutku masuk akal juga. Tak ada kelirunya mencoba.
Sebulan kemudian, kami kembali bertemu. Dokter jiwa itu menyambutku sangat hangat. Nampaknya ia bisa melihat perbedaan yang sangat berarti dari wajah dan bahasa tubuhku.
“Jadi, bagaimana hasilnya? ” pertanyaannya langsung to the point.
“Terima kasih, Dok. Ternyata saranmu benar-benar manjur. Hubungan rumah tanggaku berangsur-angsur membaik. Binar-binar cinta terlihat di mata istriku. Dan anehnya, cintaku juga kembali seperti dahulu. Dia mencintaiku serta aku juga mencintainya. ”
“Cinta itu perlu pembiasaan, ” kata dokter itu mengemukakan kesimpulan, “Tidak seperti film-film romantis yang cuma perlu janji-janji serta kata-kata manis. ”
***
Mungkin saja Anda saat ini juga mengalami apa yang dihadapi oleh laki-laki diatas. Tidak lagi mencintai istri, atau kadar cintanya berkurang. Tidak perlu buru-buru ke psikiater, cobalah bangun kembali cinta itu. Karena cinta adalah kata kerja. Ia akan ada bila kita mengupayakannya, insya Allah.
“Salinglah memberi hadiah, niscaya kalian akan sama-sama mencintai” (HR. Bukhari dalam Al Adabul Mufrad)
Begitu saran Rasulullah itu menunjukkan salah satu langkah membangun cinta, termasuk juga cinta kepada suami istri. Dalam hadits yang lain, dijelaskan cara membangun cinta adalah dengan salam.
Setiap perhatian kita kepada istri, ucapan indah kita kepadanya, kebaikan dan hadiah yang kita berikan, pengorbanan yang kita lakukan… semuanya akan menumbuhkan cinta. Saat cinta istri tampak seperti dulu, insya Allah cinta kita juga kembali seperti dulu. Dan jangan lupa berdoa. Perbanyak doa karena Allah-lah Sang Pemilik cinta dan penggenggam hati hambaNya.
***
Sumber : Webmuslimah.com
Blogger Comment