Presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono mengungkapkan kekecewaannya waktu terima SMS dari orang Istana. SBY disuruh tidak lagi mengkritik pemerintahan Jokowi.
" Saya fikir ini negara demokrasi pasti siapa juga termasuk juga saya miliki hak untuk bicara. Dan memanglah politik itu, bila saya, saya ingat dahulu banyak yang saat dahulu tidak ada di kekuasaan kritisnya mengagumkan, menyerang, menghajar, namun banyak demikian ada di lingkar kekuasaan kurang sukai dikritik, " sindir SBY.
SBY menyatakan bila kritik yang dikatakannya mempunyai tujuan untuk kebaikan bangsa. Menurutnya, dalam politik wajar bila ada yang sama-sama mengkritik dan mengoreksi.
Juru Bicara Kepresidenan Johan Budi menyatakan pemerintahan Joko Widodo terima semua bentuk kritikan yang datang dari semua pihak termasuk juga dari Presiden ke enam Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Dia jadi menyebutkan malah Jokowi mendengar dengan baik kritikan dari SBY.
Johan mengakui tidak mengetahui ihwal pernyataan SBY ada orang di lingkaran istana yang hingga kirim pesan karena sangat gerah memperoleh kritik dari Ketua Umum Partai Demokrat itu. Walau demikian, jika benar dia meyakinkan orang itu tidaklah Presiden Jokowi.
" Bila orang Istana yang tidak sukai, saya tidak paham. Saya meyakini yang disebut bukanlah Pak Jokowi. Pak Jokowi senantiasa kerjakan pembangunan ini tidak ignore kritik dan input, " katanya.
Seirama dengan Johan, Menko Polhukam Luhut Pandjaitan mengakui Jokowi suka terima kritik. " Kita janganlah mempresentasi kita paling benar. Kita juga penuh kekurangan. Kita suka terima dan mengundang di mana kekurangannya, mari mencari perbaikannya, " kata dia.
Masalah presiden antikritik ini
pernah ramai di masa Presiden Soeharto. Tidak main-main, Soeharto pilih peristiwa di hari lagi th. Kopasandha (saat ini Kopassus) untuk menjawab bermacam kritik.
" Ancaman kemampuan senjata mesti kita hadapi dengan kemampuan senjata juga yang kita punyai. Walau demikian kita tahu kalau ancaman ideologi Pancasila tidak hanya dari kemampuan senjata, " tutur Pak Harto.
Dia menyebutkan ada usaha untuk merubah dan ganti basic negara Pancasila. Dia menuturkan pihak-pihak yang coba ganti Pancasila dengan diawali mendiskreditkan pemerintah dan dirinya sebagai presiden.
" Saya berjumpa dengan kolega saya Kusno Utomo, yang sudah mendengar beberapa gosip yang sebenarnya tak pada tempatnya yang diperuntukkan pada saya, juga pada istri saya Bu Harto. Senantiasa diisukan kalau istri Soeharto terima komisi. Memastikan pemenangan tender dan komisi dan lain sebagainya. Yang sesungguhnya tidak terjadi sekalipun kondisi demikian, " bantah Pak Harto.
Pasca pidato Pak Harto itu, situasi politik bukannya mereda. Namun malah semakin panas. Pidato Pak Harto menyebabkan timbulnya Petisi 50 dimotori antara lain oleh Ali Sadikin dan Hoegeng Iman Santoso. Pada ungkapan keprihatinan Petisi 50 yang di keluarkan 5 Mei 1980, salah satu poinnya adalah keprihatinan pada pidato Pak Harto yang mereka sebut salah menafsirkan Pancasila hingga bisa digunakan sebagai suatu ancaman pada lawan-lawan politik.
Walau sebenarnya, Pancasila ditujukan oleh beberapa pendiri Republik Indonesia sebagai alat pemersatu Bangsa. Namun yang terjadi waktu Orde Baru, mengkritik Soeharto sama juga dengan dicap melawan Pancasila.
Menko Polkam Sudomo mencekal semua anggota Petisi 50 ke luar negeri. Anggota Petisi 50 yang turut tender tidak boleh dimenangkan. Bila ada yang minta kredit dari bank, juga tidak bisa diberi.
SUMBER : http://www.kabar-sehat.com/2016/02/tahukah-anda-inilah-sosok-karismatik.html
" Saya fikir ini negara demokrasi pasti siapa juga termasuk juga saya miliki hak untuk bicara. Dan memanglah politik itu, bila saya, saya ingat dahulu banyak yang saat dahulu tidak ada di kekuasaan kritisnya mengagumkan, menyerang, menghajar, namun banyak demikian ada di lingkar kekuasaan kurang sukai dikritik, " sindir SBY.
SBY menyatakan bila kritik yang dikatakannya mempunyai tujuan untuk kebaikan bangsa. Menurutnya, dalam politik wajar bila ada yang sama-sama mengkritik dan mengoreksi.
Juru Bicara Kepresidenan Johan Budi menyatakan pemerintahan Joko Widodo terima semua bentuk kritikan yang datang dari semua pihak termasuk juga dari Presiden ke enam Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Dia jadi menyebutkan malah Jokowi mendengar dengan baik kritikan dari SBY.
Johan mengakui tidak mengetahui ihwal pernyataan SBY ada orang di lingkaran istana yang hingga kirim pesan karena sangat gerah memperoleh kritik dari Ketua Umum Partai Demokrat itu. Walau demikian, jika benar dia meyakinkan orang itu tidaklah Presiden Jokowi.
" Bila orang Istana yang tidak sukai, saya tidak paham. Saya meyakini yang disebut bukanlah Pak Jokowi. Pak Jokowi senantiasa kerjakan pembangunan ini tidak ignore kritik dan input, " katanya.
Seirama dengan Johan, Menko Polhukam Luhut Pandjaitan mengakui Jokowi suka terima kritik. " Kita janganlah mempresentasi kita paling benar. Kita juga penuh kekurangan. Kita suka terima dan mengundang di mana kekurangannya, mari mencari perbaikannya, " kata dia.
Masalah presiden antikritik ini
pernah ramai di masa Presiden Soeharto. Tidak main-main, Soeharto pilih peristiwa di hari lagi th. Kopasandha (saat ini Kopassus) untuk menjawab bermacam kritik.
" Ancaman kemampuan senjata mesti kita hadapi dengan kemampuan senjata juga yang kita punyai. Walau demikian kita tahu kalau ancaman ideologi Pancasila tidak hanya dari kemampuan senjata, " tutur Pak Harto.
Dia menyebutkan ada usaha untuk merubah dan ganti basic negara Pancasila. Dia menuturkan pihak-pihak yang coba ganti Pancasila dengan diawali mendiskreditkan pemerintah dan dirinya sebagai presiden.
" Saya berjumpa dengan kolega saya Kusno Utomo, yang sudah mendengar beberapa gosip yang sebenarnya tak pada tempatnya yang diperuntukkan pada saya, juga pada istri saya Bu Harto. Senantiasa diisukan kalau istri Soeharto terima komisi. Memastikan pemenangan tender dan komisi dan lain sebagainya. Yang sesungguhnya tidak terjadi sekalipun kondisi demikian, " bantah Pak Harto.
Pasca pidato Pak Harto itu, situasi politik bukannya mereda. Namun malah semakin panas. Pidato Pak Harto menyebabkan timbulnya Petisi 50 dimotori antara lain oleh Ali Sadikin dan Hoegeng Iman Santoso. Pada ungkapan keprihatinan Petisi 50 yang di keluarkan 5 Mei 1980, salah satu poinnya adalah keprihatinan pada pidato Pak Harto yang mereka sebut salah menafsirkan Pancasila hingga bisa digunakan sebagai suatu ancaman pada lawan-lawan politik.
Walau sebenarnya, Pancasila ditujukan oleh beberapa pendiri Republik Indonesia sebagai alat pemersatu Bangsa. Namun yang terjadi waktu Orde Baru, mengkritik Soeharto sama juga dengan dicap melawan Pancasila.
Menko Polkam Sudomo mencekal semua anggota Petisi 50 ke luar negeri. Anggota Petisi 50 yang turut tender tidak boleh dimenangkan. Bila ada yang minta kredit dari bank, juga tidak bisa diberi.
SUMBER : http://www.kabar-sehat.com/2016/02/tahukah-anda-inilah-sosok-karismatik.html
Blogger Comment